BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan maraknya reformasi di tanah air kita
sekarang ini, adalah suatu upaya untuk menyikapi krisis total yang telah
melanda bangsa. Upaya untuk keluar atau lepas dari belenggu krisis ini bukanlah
masalah yang mudah dan sederhana, melainkan salah satu tanggapan besar yang
dihadapi bangsa ini, termasuk didalamnya krisis pendidikan dalam arti yang
seluas-luasnya. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan peningkatan dan
pengembangan kualitas mental dan intelektual suatu bengsa.
Islam memandang pendidikan sebagai kebutuhan primer
bagi kelangsungan hidup bangsa. Al-qur’an dalam wahyunya yang pertama kali
turun, memerintahkan adanya belajar bagi seluruh manusia dengan firmannya surat
Al-‘Alaq ayat 1-5:
ا قر
أ با سم ر بك الذ ى خلق (1) خلق الا نسا ن من علق (2) اقرأ وربك الا اكرام
(3) الذي علم بالقلم (4) علم الا
نسا ن ما لم يعلم (5) . العلق : 1- 5 .
Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.(2)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah dan Tuhanmulah
yang paling pemurah. (4) Yang mengajari (manusia)dengan perantara kalam.(5) Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui”.[1]
Arti dari ayat di atas baik implicit maupuan eksplisit
menjelaskan bahwa Allah meniciptakan mahluknya dari unsur yang hina, kemudian
memuliakannya dengan mengajarkan membaca dan menulis serta memberinya
pengetahuan.
Perintah membaca dan mengulanginya sampai tiga kali
pada ayat pertama tersebut mengandung interprestasi betapa pentingnya
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, baik dalam upaya meraih kesempurnaan
hidup di dunia maupun di akhirat.
Tidak seorangpun menyangkal bahwa ilmu pengetahuan itu diperoleh melalui
proses pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar haruslah terencana,
terprogram dengan tujuan idealnya mencapai kedewasaan terdidik baik rohani
maupun jasmani.
Untuk tujuan itu, sejak dini pemerintah Indonesia
mencanangkan kecerdasan bangsa sebagai bagian tujuan pokok kemerdekaan Negara.
Hal ini dijabarkan dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XIII pasal 31 ayat 1 dan 2
tentang pendidikan, yaitu:
1
Tiap-tiap warga Negara
berhak mendapatkan pengajaran.
2
Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu system pengajaran nasional yang diatur dengan
undang-undang.[2]
Berdasarkan kepada beberapa alasan di atas pentingnya
pendidikan, timbul suatu pertanyaan siapakah yang bertanggung jawab atas
terlaksananya pendidikan itu?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, dapatlah
dukemukakan di sini apa yang tertuang di dalam GBHN. Tap MPR No. II/MPR/1983
walaupun MPR tersebut sudah di ressformasi, namun hasil pemikirannya
masih sangat relevan dalam penulisan ini, yang menyatakan bahwa:
“pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di lingkungan rumah
tangga, sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”.[3]
Sejalan dengan statemen tentang tanggung jawab
pendidikan pada tiga lembaga tersebut adalah pendapat Ki Hajar Dewantara yang
dikenal dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan, pendidikan keluarga, pendidikan
sekolah dan pendidikan masyarakat. Menurut pendapat beliau pendidikan keluarga
adalah mendasari kedua pendidikan yang lain, karena pendidikan keluarga adalah
yang utama dan pertama yang dikenal oleh anak.
Pendapat tentang penting dan utamanya pendidikan
keluarga dibenarkan oleh ajaran agama islam, bahwa hitam putihnya seorang anak
banyak ditentukan oleh ulah tangan kedua orang tuanya.
Merupakan salah satu kesalahan besar bagi orang tua
bila tidak mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, tidak mampu mewariskan
nilai-nilai luhur akhlaqul karimah kepada anaknya, tidak membiasakan kepada
anak nilai-nilai agama dan budaya bangsa seutuhnya, sehingga anak nantinya
tersisih karena tidak berprestasi dan kalah bersaing dengan bangsa lain
segenerasinya.
Memang ada anggapan sementara masyarakat khususnya
orang tua bahwa setelah anak berusia cukup sekolah, kemudian memasuki
pendidikan formal itu, maka pada saat itulah tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak-anaknya dianggap berakhir dan beralih ke tangan para guru di
sekolah. Disinilah suatu problem, bahwa orang tua tidak boleh sepenuhnya
menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada sekolah. Sebab proses
pendidikan itu tidak bisa terlepas dari mekanisme kerja dan partisipasi orang tua.
Sekalipun orang tua tidak membantu langsung dalam bidang studi minimal orang
tua memberikan bimbingan baik dalam bentuk motivasi, pengaturan waktu belajar,
menyediakan fasilitas serta bantuan-bantuan lainnya dalam belajar anak. Dengan
demikian aktivitas dan pengajaran sekolah dapat terbantu dengan baik.
Atas dasar ini semua, penulis memandang perlunya
keterlibatan orang tua secara aktif di dalam bimbingan anak-anak mereka. Aktif
belajar di rumah, agar dapat berprestasi tinggi di dalam proses mencapai kedewasaan.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1
Adakah korelasi
antara bimbingan orang tua dalam memberikan motivasi belajar dengan aktivitas
belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep.
2
Adakah korelasi
antara bimbingan orang tua dalam mengatur waktu belajar dengan aktivitas
belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep.
3
Adakah korelasi
antara bimbingan orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar dengan aktivitas
belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep.
Dari tiga hal tersebut di atas, dapat dijadikan indicator
ada atau tidaknya korelasi antar bimbingan orang tua dalam belajar
dengan aktivitas belajar siswa di sekolah yang akan di bahas dalam penulisan
ini.
C. Penegasan Judul
Judul penulisan skripsi ini adalah “Studi Tentang
Korelasi Bimbingan Orang Tua dengan Aktivitas Belajar di Sekolah bagi Siswa MTs
Miftahul Ulum kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep”.
Agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam memberikan interprestasi
terhadap judul di atas, maka penulis akan mempertegas beberapa istilah yang
terkandung didalamnya, yaitu:
1
Studi
Studi berasal dari bahasa inggris “Study” menurut
Prof. Drs. S. Wojowasito memiliki arti: (1)pelajaran, (2)tempat belajar,
(3)telaah, kk. belajar, mempelajari”.[4]
Sedangkan M Dahlan Al-Barry memberikan pengertian
sebagai berikut: “Studi adalah pendidikan, pengetahuan dan penyelidikan”[5].
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa:
kata studi disini dimaksudkan mempelajari atau menyelidiki suatu masalah secara
seksama dan ilmiah sehingga mendapatkan kesimpulan yang dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
2
Korelasi
Korelasi asal katanya adalah “Correlation” yang berarti: “perhubungan, dua pengertian yang
berhubungan”.[6]
Maka korelasi dalam judul ini yang penulis maksudkan
adalah hubungan dua variabel, yaitu antara bimbingan orang tua dalam belajar
dengan aktivitas belajar anak di skolah.
3
Bimbingan Orang Tua
Di sini ada dua istilah yang masing-masing mempunyai arti
tersendiri, yaitu bimbingan dan orang tua.
Drs. D. Ketut Sukardi memberikan pengertian bimbingan sebagai
berikut:
Bimbingan
adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu
memperkembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki, mengenali
dirinya sendiri, mengatasai persoalan-persoalan sehingga mereka dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung
kepada orang lain.[7]
Sedangakan
pengertian oranng tua adalah terdiri dari bapak, ibu atau dianggap tua”.[8]
Jadi yang dimaksud dengan pengertian orang tua adalah terdiri
dari bapak, ibu atau wali yang bertanggung jawab langsung terhadap anak.
Memadukan kedua pengertian tersebut diatas, dapatlah penulis tegaskan
bahwa bimbingan orang tua dalam judul ini adalah bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang tua atau wali terhadap anak-anaknya agar mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengenali dirinya, sehingga
mampu hidup secara mandiri. Di dalam penelitian, bimbingan orang tua berfungsi
sebagai variebel independent.
4
Aktivatas Belajar di
Sekolah
Kata aktivitas berasal dari bahasa inggris “activity”
yang mempunyai arti “pekerjaan, kegiatan”.[9]
Sedangkan mnurut Nana sujdana, belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuan, pemahaman.[10]
Dengan demikian yang dimaksud aktivitas belajar
adalah serangkaian kegiatan psiko fisik anak yang sengaja dilakukan
dalam rangka terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Kemudian dengan alokasi aktivitas belajar di
sekolah, penulis maksudkan bahwa kegiatan belajar yang akan diteliti hanya
terbatas pada kegiatannya di sekolah yang pada hakikatnya merupakan kegiatan
dari serangkaian belajar di sekolah secara keseluruhan.
Dari penjelasan pengertian istilah yang terdapat dalam
judul, maka penulis dapat menarik kesimpulan umum bahwa yang dimaksud dengan
studi tentang korelasi bimbingan oramg tua dengan aktivitas belajar di
sekolah bagi siswa MTs Miftahu Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep adalah
suatu penelitian atau penyelidikan secara ilmiah tentang hubungan dua variabel,
yaitu bimbingan orang tua atau wali dalam belajar dengan aktivitas belajar anak
di Sekolah.
D. Tujuan Pembahasan
Melihat kepada masalah yang telah dirumuskan di muka,
maka yang menjadi pokok tujuan dalam penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui
ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orang tua dalam belajar
dengan aktivitas belajar siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep”.
Kemudian secara terinci tujuan pokok di atas
dibagi-bagi lagi kepada tujuan yang lebih spesifik sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi antara bimbingan orag tua dalam memberikan motivasi belajar
dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum.
2.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi antara bimbingan orang tua dalam mengatur waktu belajar dengan
aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum.
3.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi antara bimbingan orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar
dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum.
E. Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan permasalahan yang ada, yaitu tentang korelasi
bimbingan orang tua dengan aktivitas belajar di sekolah, maka ruang lingkup
pembahasan adalah sebagai berikut:
1.
Bimbingan orang tua dalam proses
belajar
2.
Tinjauan tentang aktifitas belajar
anak di sekolah
3.
Hubungan antara bimbingan orang
tua dengan aktivitas belajar anak di sekolah.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat yaitu, sebagai informasi kepada orang tua bahwa betapa
pentingnya bimbingan orang tua terhadap aktivitas belajar anak, dan juga
sebagai masukan kepada orang tua bahwa orang tua tidak boleh sepenuhnya
menyerahkan tanggung jawab kepada sekolah karena pendidikan yang diberikan oleh
orang tua adalah yang utama dan pertama dikenal oleh anak.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat, yang
dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu
tujuan penelitian.[11]
Ada tiga metode yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Metode Penentuan Populasi dan
Sampel
a.
Populasi
Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas 1 dan II MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep. Berdasarkan studi eksploratif terhadap daerah penelitian dapat
diketahui bahwa jumlah siswa kelas I adalah 45 siswa dan kelas II sebanyak 45
siswa terdiri dari putra dan putri. Untuk mewakili jumlah daripada populasi
ini, penulis akan menggunakan metode sampling.
b.
Sampel
Tentang berapa banyakknya
sampel yang harus ditetapkan, dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti.
Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA. mengatakan: "Sebenarnya tidak ada suatu
ketentuan yang mutlak berapa persen yang harus diambil dari populasi".[12]
Akan tetapi meskipun tidak ada
ketentuan berapa persen sampel itu harus diambil dari populasi, penentuan sampel
itu perlu. Maka dengan memperhitungkan kemungkinan adanya kesesatan, penulis
menetapkan jumlah sampel 20 siswa dari 45 siswa atau sekitar 44,44% yang
nantinya akan dijadikan responden. Dengan demikian berarti penulis telah
melangkah mempergunakan suatu metode yang disebut Quota Sampling.
Quota Sampling adalah:
"Apabila penelitian mengambil sampel dari suatu populasi penelitian dengan
cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quontum atau jatah".[13]
Oleh karena itu populasi
terdiri dari tingkatan kelas, maka dipandang perlu untuk memperhitungkan
perimbangan jatah tadi. Pada tiap tingkatan kelas berdasarkan jumlah siswa yang
ada. Kemudian untuk tercapainya representasi, maka penentuan
respondennya dengan cara random teknik undian. Pengambilan sampel
dengan metode demikian disebut dengan proporsional stratifieied random
sampling, sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA.
bahwa:
"Jika
stratified sampling memperhatikan perimbangan atau proporsi individu
dalam tiap stratum di sebut proporsional stratified sampling. Selanjutnya
proporsional stratified sampling yang mempergunakan randomisasi dinamakan
proporsional stratified random sampling".[14]
Dengan demikian dapatlah
disimpulkan bahwa penentuan atau pengambilan sampel penelitian ini mempergunakan
metode quota proporsional stratified random sampling, dengan rincian
tiap kelas sebagai berikut:
-
Kelas I sebanyak 45.
-
Kelas II sebanyak 45.
2. Metode Pengumpulan Data
Ada tiga metode yang di pandang tepat untuk menggali
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu:
a.
Metode angket
Angket merupakan salah satu metode dalam penelitian untuk
menggali data yang dilakukan dengan jalan mendengarkan suatu daftar pertanyaan
berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk
mendapatkan jawaban atau tanggapan tertulis.
Demikian juga dikatakan oleh Drs. Sanafiah Faisal
bahwa: “Ciri khas angket terletak pada pengumpulan data melalui daftar
pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi
atau keterangan dari sumber data yang berupa orang”.[15]
Sesuai dengan macamnya, maka angket yang penulis
pergunakan adalah:
1.
Angket langsung dan tak langsung
Angket langsung artinya angket yang diberikan kepada
responden dan jawabannya langsung diperoleh dari mereka, yaitu siswa, dalam hal
ini mengenai jawaban tentang aktivitas belajar mereka di sekolah.
Angket tak langsung artinya angket yang pertanyaannya
bermaksud menggali atau mencari jawaban tentang apa yang diketahui responden
mengenai obyek atau subyek tertentu. Dalam hal ini dipergunakan untuk
memperoleh jawaban tentang bimbingan orang orang tua dalam belajar melalui
responden anak/siswa.
2.
Angket tertutup
Yaitu pada setiap item pertanyaan disertai kemungkinan
jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang nilainya dianggap
paling sesuai. Adapun kemungkinan jawaban pada setiap item pertanyaan terdiri
dari tiga jawaban atau alternatif jawaban. Oleh karena itu dapat diklasifikasikan
kepada angket tertutup dengan multiple chois / pilihan ganda.
b.
Metode Interview
Interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam
mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat
melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya. Tampaknya
merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis
sosial baik yang terpendam maupun yang memanifes.[16]
Melalui metode ini penulis mengadakan tanya jawab atau
wawancara dengan kepala sekolah, guru-guru, wali kelas, guru BP, orang tua
siswa sebagai informasi untuk melengkapi data.
c.
Metode Obsevasi
Untuk melengkapi cara memperoleh data yang lebih lengkap,
penulis mempergunakan metode observasi, yaitu mengamati, mencari data-data
beberapa fakta mengenai hal-hal yang ada hubungannya dengan permasalahan.
Prof. Dr. Winarno Surakhmat M.Sc. Ed. Menyatakan bahwa
observasi adalah:
Teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan
pengamatan secara langsung (tanpa alat) maupun langsung (dengan alat) terhadap
gejala yang akan diselidiki, baik penelitian itu dilakukan ke dalam situasi
yang sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan.[17]
Dengan demikian penulis menggunakan metode observasi
ini karena perlu adanya pengamatan secara langsung untuk mendapatkan
fakta-fakta yang tidak mungkin diperoleh melalui kedua yang telah disebutkan.
Metode
ini penulis terapkan sebagai metode bantu untuk mendapatkan kejelasan dan
memberikan keyakinan tentang data dari kedua variabel penelitian ini. Kemudian
dengan ini pula penulis dapat mengambil hal-hal yang dianggap perlu dilaporkan
dalam hasil penelitian ini.
3. Metode Analisis
Data.
Dengan
mempergunakan beberapa metode pengumpulan data yang telah disebutkan
sebelumnya, maka selanjutnya penulis akan berhadapan dengan data-data yang
dibutuhkan. Data-data tersebut akan diolah dan dianalisa secara statistik untuk
dicari signifikasinya.
Untuk
memperjelas apa yang disebut statistik, penulis ketengahkan pendapat Prof. Drs.
Sutrisno Hadi, MA., sebagai berikut:
Dalam
pengertian luas, yaitu pengertian metodologi, statistik berarti cara-cara yang
dipersiapkan untuk mengumpulkan data, menyajikan dan menganalisa data
penyelidikan berupa angka-angka. Lebih jauh dari itu dapat menyuguhkan
dasar-dasar data yang dapat dipertanggung jawabkan untuk menarik kesimpulan yang
benar dan untuk mengambil keputusan yang baik.[18]
Sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penulisan
ini, yaitu mencari tahu akan ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan
orang tua dalam belajar dengan aktivitas belajar anak di sekolah, maka metode
analisanya penulis pergunakan statistik analisa data Yule’s Q.
Menurut Drs. Mohammad Kasiram, “Yule’s Q. Ini
merupakan salah satu teknik analisa untuk mengukur tingkat atau kekuatan suatu
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik ini, kecuali kita
mengetahui bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel, juga dapat
mengetahui bagaimana hubungan tersebut”.[19]
Penggunaan analisa data Yule’s Q. dalam penelitian ini
dengan memakai cross product, yaitu dengan cara menganalisis secara
silang dari sel-sel yang ada. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
Untuk
menganalisis dua variabel, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Penafsiran dan
nilai arti dari Q dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
-
Nilai Q bergerak antara
+1.00 dan -1.00. Tanda (+) menunjukkan korelasi positif, maksudnya
perubahan kearah positif dari variabel X akan diikuti oleh perubahan kearah
positif dari variabel Y.
-
Sebaliknya tanda (-),
berarti korelasi negatif, maksudnya bergeraknya variabel X ke arah negatif,
akan diikuti oleh bergeraknya variabel Y ke arah yang negatif.
-
Apabila hasil Q.XY ternyata
0, berarti antara X dan Y tidak ada korelasi.
-
Secara konvensional
pengukuran kuatnya hubungan antara X dan Y, ditentukan kriterianya sebagai
berikut:
Nilai Q
|
Arti Penafsiran
|
+0,79 – keatas
+0,50 - +0,69
+0,30 - +0,49
+0,10 - +0,29
+0,01 - +0,09
0 – 0
-0,01 - -0,09
-0,10 - -0,29
-0,30 - -0,49
-0,50 - -0,69
-0,70 - kebawah
|
Hubungan positif yang sangat kuat
Hubungan positif yang kuat
Hubungan positif yang sedang
Hubungan positif yang rendah
Hubungan positif yang tak berarti
Tidak ada hubungan
Hubungan negatif yang tak berarti
Hubungan negatif yang rendah
Hubungan negatif yang sedang
Hubungan negatif yang kuat
Hubungan negatif yang sangat kuat
|
H. Hipotesa-Hipotesa
Sebelum melangkah
jauh penulis memastikan adanya korelasi tertentu antara gejala-gejala atau
fakta-fakta di dalam suatu penelitian, perlu adanya pegangan bagi peneliti
sebagai pengarah berupa kesimpulan sekalipun sementara ini biasa dikenal dengan
istilah hipotesa. Karena sifatnya yang sementara itu, berarti hipotesa dapat
diubah atau diganti dengan hipotesa lain yang lebih tepat.
Pengertian
hipotesa dapat penulis kemukakan pendapat Drs. Moh. Ali sebagai berikut:
"Rumusan
jawaban sementara yang harus diuji melalui kegiatan penelitian disebut
hipotesis. Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehubungan
dengan masalah yang diteliti".[20]
Tentang perlunya
hipotesa, ada beberapa peranan hipotesa dalam suatu penelitian sebagai berikut:
1.
Memberikan tujuan yang tegas bagi
penelitian.
2. Membantu dalam penentuan arah yang harus ditempuh, dalam
pembatasan ruang lingkup penelitian dengan memilih fakta-fakta yang harus
menjadi pokok penelitian dan dengan menentukan akta-fakta yang relevan.
3. Menghindarkan suatu penelitian yang tak terarah, tak bertujuan
dan mengumpulkan data yang mungkin tak ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti.[21]
Agar
menjamin terumuskannya hipotesa ini dengan benar, ada baiknya penulis
ketengahkan petunjuk dari Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA. di bawah ini:
Sebagai
kongklusi sudah tentu hipotesa tidak dibuat dengan semena-mena, melainkan atas
dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu. Pengetahuan-pengetahuan ini sebagian
dapat diambil dari hasil-hasil dan problematika-probematika yang timbul dari
penyelidikan yang terdahulu, dari kenangan-kenangan atas dasar
pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal, ataupun dari hasil penyelidikan
eksploratif yang dilakukan sendiri.[22]
Berdasarkan
konsep dan teori yang didukung oleh pandangan para ahli dan pembahasan
terdahulu dan memperhatiakan petunjuk perumusan hipotesa di atas, maka penulis
mengambil perumusan hipotesa sebagai berikut:
Hipotesa
Kerja Mayor
“Ada korelasi
antara bimbingan orang tua dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs
Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep”.
Hipotesa
Kerja Minor
1.
Ada korelasi antara
bimbingan orang tua dalam memberikan motivasi belajar dengan aktivitas belajar
disekolah bagi siswa MTs Mitahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
2.
Ada korelasi antara bimbingan orang tua dalam mengatur
waktu belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum
Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
3.
Ada korelasi antara
bimbingan orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar dengan aktivitas
belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini, maka pembahasan
dalam skripsi ini di bagi menjadi empat bab. Uraian sistematika pembahasan yang
terkandung dalam masing-masing bab di susun sebagai berikut:
BAB I
|
:
|
Bagian ini merupakan suatu
kerangka dasar dari penulisan skripsi ini, sebagai gambaran pemikiran
penulisan agar pembaca dapat mengetahui jalan pikiran peneliti, selanjutnya
dapat menggali informasi lebih jauh. Bab ini meliputi: Latar belakang
masalah, rumusan masalah, penegasan judul, tujuan pembahasan, ruang lingkup
pembahasan, manfaat penelitian, metode penelitian, hipotesa dan sistematika
pembahasan.
|
BAB II
|
:
|
Berisikan landasan teoritis
dari skripsi, sesuai dengan judu penelitian, maka peneliti membagi beberapa
sub bab, sub A; Bimbingan orang tua dalam belajar, yang meliputi 1)
Motivasi, 2) Mengatur waktu
belajar, 3) Penyediaan fasilitas belajar. Sub B; Aktivitas belajar anak di
sekolah, yang meliputi 1) Mengatur dan disiplin waktu belajar, 2) Membaca
pelajaran, 3) Mencatat/ meringkas pelajaran. Sub C; Korelasi antara bimbingan
orang tua dengan aktivitas belajar anak di sekolah.
|
BAB III
|
:
|
Membahas tentang hal-hal seputar
kerangka teknis penelitian ini yang meliputi: latar belakang obyek, penyajian
data dan analisis data.
|
BAB IV
|
:
|
Merupakan bab terakhir
pembahasan dan penelitian dalam penulisan skripsi ini yang berfungsi untuk
menyimpulkan hasil penelitian ini secara keseluruhan dan kemudian di
lanjutkan dengan memberi saran-saran sebagai perbaikan dari segala
kekurangan.
|
[1]Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Proyek dan
pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta, 1993, hlm. 1079
[2]Sekretariat
Negara RI, Undang-Undang Dasar, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, Garis-Garis Besar Haluan Negara, 1983, hlm. 7
[3]Ibid.,
hlm. 7
[4]S.Wojowasito
dan Titowasito W, Kamus Lengkap Inggris Indonesia-Indonesia Inggris,
Penerbit Hasta, Bandung, 1990, hlm. 217
[5]M.
Dahlan Al-barry, Kamus IlmiahPopuler, Penerbit Arkola, Surabaya
1994, hlm. 728
[6]Wojowasito
dan Titowasito, Op.Cit., hlm. 33
[7]DD.
Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan belajar di Sekolah, Usaha
Nasional, Surabaya, 1983, hlm. 65
[8]Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 629
[9]S.
Wojowasito dan Titowasito W, Op.Cit., hlm. 2
[10]Nana
Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar,
Penerbit Sinar Baru, Bandung 1989, hlm. 5
[11]Kartini
Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Penerbit Mandar Maju,
Bandung, 1990, hlm. 20
[12]Sutrisno
Hadi, Metodologi Research I, Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi
UGM, Yokyakarta, 1983, hlm. 73
[13]Mohammad
Ali, Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi, Penerbit
Angkasa, Bandung, 1987, hlm. 68
[14]Sutrisno
hadi, Op.Cit., hlm. 82
[15]Sanafiah
Faisal, Dasar-Dasar dan Teknk Menyususn Angket, Usaha
Nasional, Surabaya, 1981, hlm. 2
[16]Sutrisno
Hadi, Metodologi Research II, Yayasan Penerbitan Fak, Psikologi
UGM, Yogyakarta, 1983, hlm. 192
[17]Winarno
Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar dan Metoda
Teknik, CV. Tarsito, Bandung, 1987, hlm. 162
[18]Surtisno
Hadi, Metodologi Reserch III, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM, Yogyakarta, 1987, hlm. 221
[19]Mohammad
Kasiram, Teknik Analisa Two Variables Three Variables Yule’s Q.
Biro Penerbitan Fak. Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, Malang, 1978, hlm. 4
[20]Mohammad
Ali, Op.Cit., hlm. 48
[21]Koentjaraningrat,
Metode-Metode Penelitian
Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, Cet.VII, hlm. 24
[22]Sutrisno
Hadi, Op.Cit., hlm. 63
0 komentar:
Posting Komentar